|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Nilai-nilai seorang pemimpin: Peduli, rendah hati dan rela berkorban, Hidupilah! |
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Niali-Nilai Kepemimpinan |
|
Niali-Nilai Kepemimpinan |
|
Selasa, 03 Desember 2019 |
|
|
|
|
|
Niali-Nilai Kepemimpinan |
|
Filipi 2:3-8 |
|
|
|
|
|
|
Setiap orang dilahirkan dengan membawa sifat kepemimpinan dalam dirinya. Secara biologi, seorang manusia terbentuk dari pertemuan antara sel telur seorang wanita dan sel reproduksi seorang pria. Di antara ratusan juta sel reproduksi pria, hanya satu berhasil menembus sel telur sehingga membentuk sebuah janin. Itu artinya, bahwa setiap kita ada di dunia ini adalah pemenang dan pemimpin, sebab dalam persaingan, kitalah juaranya. Apakah kita memimpin dalam rumah tangga sebagai seorang Ayah, ataupun sebagai bos dalam sebuah perusahaan. Apakah kita sebagai seorang wanita karir yang memimpin sebuah perusahaan atau sebagai seorang Ibu rumah tangga yang memimpin anak-anaknya di rumah. Atau sebagai anak-anak muda yang paling tidak memimpin diri sendiri untuk belajar hidup dalam kedisiplinan. Kita semua adalah pemimpin.
Dalam menjalani kepemimpinan, maka perlu adanya nilai-nilai rohani sebagai parameter dalam mengatur sifat kepemimpinan kita tersebut. Sebab jika salah memimpin, maka hal tersebut akan menjadi fatal bagi kita. Dalam Filipi 2:3-8, Rasul Paulus menjadikan Yesus sebagai parameter dalam menunjukkan bagaimana menjadi seorang pemimpin.
Pertama, seorang pemimpin adalah orang yang peduli kepada kebutuhan orang lain [ay. 4], tidak hanya fokus kepada diri dan kebutuhann...selengkapnya » |
Setiap orang dilahirkan dengan membawa sifat kepemimpinan dalam dirinya. Secara biologi, seorang manusia terbentuk dari pertemuan antara sel telur seorang wanita dan sel reproduksi seorang pria. Di antara ratusan juta sel reproduksi pria, hanya satu berhasil menembus sel telur sehingga membentuk sebuah janin. Itu artinya, bahwa setiap kita ada di dunia ini adalah pemenang dan pemimpin, sebab dalam persaingan, kitalah juaranya. Apakah kita memimpin dalam rumah tangga sebagai seorang Ayah, ataupun sebagai bos dalam sebuah perusahaan. Apakah kita sebagai seorang wanita karir yang memimpin sebuah perusahaan atau sebagai seorang Ibu rumah tangga yang memimpin anak-anaknya di rumah. Atau sebagai anak-anak muda yang paling tidak memimpin diri sendiri untuk belajar hidup dalam kedisiplinan. Kita semua adalah pemimpin.
Dalam menjalani kepemimpinan, maka perlu adanya nilai-nilai rohani sebagai parameter dalam mengatur sifat kepemimpinan kita tersebut. Sebab jika salah memimpin, maka hal tersebut akan menjadi fatal bagi kita. Dalam Filipi 2:3-8, Rasul Paulus menjadikan Yesus sebagai parameter dalam menunjukkan bagaimana menjadi seorang pemimpin.
Pertama, seorang pemimpin adalah orang yang peduli kepada kebutuhan orang lain [ay. 4], tidak hanya fokus kepada diri dan kebutuhannya sendiri. Seorang pemimpin perlu menanamkan suatu prinsip bahwa setiap orang yang dipimpinnya mesti mengalami kesejahteraan. Apa yang dilakukan Yesus selama di dunia dihabiskan-Nya untuk melayani dan memenuhi apa yang menjadi kebutuhan orang lain. Kedua, seorang pemimpin adalah seorang yang memiliki kerendahan hati [ay. 6-7]. Dengan memiliki kerendahan hati, seorang pemimpin mampu merendahkan dirinya “terjun” langsung ditengah-tengah orang yang dipimpinnya untuk memberi contoh dan teladan. Hal tersebut pasti akan berdampak besar bagi orang yang dipimpinnya. Apa yang Yesus tunjukkan mengenai kerendahan hati? Dalam posisi-Nya sebagai Allah, Yesus tidak mempertahankan posisinya tersebut, melainkan menjadikan diri-Nya sebagai seorang hamba. Tujuannya supaya Dia bisa menunjukkan teladan hidup, sehingga dengan demikian, setiap orang yang bersama-sama dengan Dia dapat mengalami kesejahteraan dan perubahan hidup. Ketiga seorang pemimpin adalah seorang yang rela berkorban sampai “titik penghabisan” [ay. 8]. Dia tidak akan menyerah dan terpengaruh oleh keadaan apapun. Diposisi tersulit sekalipun dia akan tetap setia menjalani proses tersebut sampai tujuannya tercapai, yakni agar orang yang dipimpinnya mengalami kemajuan dan kesejahteraan. Yesus menunjukkan contoh sifat seorang pemimpin, yang berjuang sampai “titik penghabisan”. Yesus menyelesaikan semuanya itu di kayu salib melalui kematian-Nya. Dan usaha-Nya tidak sia-sia, Dia menang melalui kebangkitan-Nya dan manusia sebagai target sasarannya mengalami kehidupan dan damai sejahtera.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|