|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Tetaplah teguh beriman pada Kristus meskipun di tengah-tengah tatangan, karena mahkota kehidupan telah tersedia bagi yang setia sampai pada akhirnya. |
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Mempertahankan Iman Di Saat Sulit |
|
Mempertahankan Iman Di Saat Sulit |
|
Sabtu, 30 Maret 2019 |
|
|
|
|
|
Mempertahankan Iman Di Saat Sulit |
|
Kisah Para Rasul 22:1-22 |
|
|
|
|
|
|
Dalam sebuah reuni, ada seorang anggota pertemuan itu bercerita. Dia mengungkapkan kesedihannya semasa masih sekolah di SLA. Dia merasa tidak memiliki teman, dikucilkan, dijuluki anak sombong, dan lainnya. Selama itu dia tidak pernah memahami mengapa teman-temannya banyak yang membencinya. Sepuluh tahun kemudian yaitu pada saat reuni ini, teman-temannya baru mengungkapkan sebab mereka membencinya. Penyebabnya yaitu, seseorang ini tidak pernah mau berbagi saat ulangan harian maupun tes akhir semester. Seseorang ini telah melakukan yang benar, yaitu melakukan sebuah kejujuran. Tetapi para temannya menganggap sombong karena tidak mau berbagi.
Dari peristiwa seseorang yang tidak memiliki teman dan dituduh sombong sehingga dibenci teman-temannya ini, mengingatkan kita akan peristiwa Rasul Paulus. Malah mungkin para pembaca juga sedang mengalami atau pernah mengalami. Kita sudah dan sedang melakukan kebenaran dan kebaikan, tetapi sekitar kita malah membenci atau memusuhi kita. Sebelumnya, Paulus juga dituduh orang banyak. Dalam menghadapi itu, Paulus berusaha membela dirinya [ayat 1]. Paulus pun mengutarakan sebuah pembelaan untuk menyatakan bahwa dia tidak bersalah. Pertama, Paulus mulai mengungkapkan tentang identitas dirinya. Dia adalah seorang Yahudi asli yang Tarsu...selengkapnya » |
Dalam sebuah reuni, ada seorang anggota pertemuan itu bercerita. Dia mengungkapkan kesedihannya semasa masih sekolah di SLA. Dia merasa tidak memiliki teman, dikucilkan, dijuluki anak sombong, dan lainnya. Selama itu dia tidak pernah memahami mengapa teman-temannya banyak yang membencinya. Sepuluh tahun kemudian yaitu pada saat reuni ini, teman-temannya baru mengungkapkan sebab mereka membencinya. Penyebabnya yaitu, seseorang ini tidak pernah mau berbagi saat ulangan harian maupun tes akhir semester. Seseorang ini telah melakukan yang benar, yaitu melakukan sebuah kejujuran. Tetapi para temannya menganggap sombong karena tidak mau berbagi.
Dari peristiwa seseorang yang tidak memiliki teman dan dituduh sombong sehingga dibenci teman-temannya ini, mengingatkan kita akan peristiwa Rasul Paulus. Malah mungkin para pembaca juga sedang mengalami atau pernah mengalami. Kita sudah dan sedang melakukan kebenaran dan kebaikan, tetapi sekitar kita malah membenci atau memusuhi kita. Sebelumnya, Paulus juga dituduh orang banyak. Dalam menghadapi itu, Paulus berusaha membela dirinya [ayat 1]. Paulus pun mengutarakan sebuah pembelaan untuk menyatakan bahwa dia tidak bersalah. Pertama, Paulus mulai mengungkapkan tentang identitas dirinya. Dia adalah seorang Yahudi asli yang Tarsus. Dia dididik di bawah pimpinan Gamaliel, seorang guru besar Yahudi. Oleh sebab itu, Paulus menjadi seorang Yahudi fanatik dan bahkan ikut menjadi penganiaya pengikut-pengikut Kristus [ayat 3-5]. Kedua, Paulus menjelaskan tentang pertobatan dan baptisan yang diterimanya melalui seseorang pengikut Kristus yang bernama Ananias [ayat 6-16]. Ketiga, Paulus berusaha menjelaskan tentang bagaimana dia diutus untuk melayani kepada bangsa-bangsa lain [ayat 17-21]. Kemudian, apa yang terjadi? Setelah memaparkan semuanya, ternyata orang-orang Yahudi tetap membenci Paulus. Mereka tetap menghendaki supaya Paulus dihukum mati saja [22].
Sangat luar biasa penderitaan yang di alami Paulus. Meskipun demikian, Paulus adalah sosok yang tangguh. Walau ditekan massa, dia tetap berani berbicara. Dia bersaksi kepada mereka tentang pertobatan dan pengutusannya. Dia berani menyatakan tentang siapa dirinya yang sesungguhnya bahkan tanpa berpura-pura akan apa yang ada pada dirinya.
Bagaimana dengan kita? Beranikah kita melakukan seperti apa yang dilakukan oleh Paulus? Kita hidup dalam masyarakat multikultural. Ada banyak perbedaan budaya, adat, dan agama saling bersinggungan. Bahkan, perbedaan ini kerap dipakai untuk memicu kebencian dan tindak kekerasan. Kalau sudah begini, apa yang akan kita lakukan? Teladan Paulus mendorong kita tetap mempertahankan iman percaya kita di tengah-tengah masyarakat yang belum tentu mengerti dan mengasihi kita dengan cara mengasihi sesama. Dengan kita mampu bertahan saat menghadapi tantangan iman inilah akan disebut murid Yesus yang tangguh dan layak terima mahkota kehidupan.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|