|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Tuhan tidak ingin kita menjadi pribadi yang biasa-biasa saja, tetapi Dia ingin kita menjadi pribadi yang luar biasa. |
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Menjadi Pribadi Luar Biasa |
|
Menjadi Pribadi Luar Biasa |
|
Senin, 07 September 2015 | Tema: Pribadi Unggul |
|
|
|
|
|
Menjadi Pribadi Luar Biasa |
|
Matius 13:3-9, 18-23 |
|
|
|
|
|
|
Buah Strowberi sudah terkenal di mana-mana. Selain rasanya manis dan sedikit asam, juga memiliki kandungan vitamin C yang membuat buah ini sangat digemari oleh banyak orang. Waktu itu saya jalan-jalan ke Kopeng, mata saya melihat benih Strowberi yang di jual di pinggir jalan. Terbersit dalam pikiran saya untuk membeli benihnya dan membawanya ke Semarang untuk ditanam. Maka saya membeli pot dan membawa pupuk kandang secukupnya dari rumah saya di Salatiga.
Sesampai di Semarang, saya memulai mencampur pupuk kandang dengan tanah yang menurut saya paling baik. Selama beberapa waktu saya berusaha merawat tanaman itu sebaik mungkin dengan menyirami dan membuatkan peneduh agar tidak layu karena panas matahari. Setelah 3 bulan menunggu, Strowberi itu berbuah tetapi hanya 3 butir saja dan rasanya asam sekali. Setelah itu tidak pernah berbuah dan akhirnya mati. Setelah saya pelajari, strowberi tersebut menghasilkan buah yang tidak menyenangkan karena media tanam yang salah, suhu yang tidak memenuhi syarat, dan perawatan yang salah.
Melalui pengalaman di atas, benih strowberi menggambarkan benih Firman Tuhan yang ditanam dalam hidup kita. Terkadang kita mungkin bertanya-tan...selengkapnya » |
Buah Strowberi sudah terkenal di mana-mana. Selain rasanya manis dan sedikit asam, juga memiliki kandungan vitamin C yang membuat buah ini sangat digemari oleh banyak orang. Waktu itu saya jalan-jalan ke Kopeng, mata saya melihat benih Strowberi yang di jual di pinggir jalan. Terbersit dalam pikiran saya untuk membeli benihnya dan membawanya ke Semarang untuk ditanam. Maka saya membeli pot dan membawa pupuk kandang secukupnya dari rumah saya di Salatiga.
Sesampai di Semarang, saya memulai mencampur pupuk kandang dengan tanah yang menurut saya paling baik. Selama beberapa waktu saya berusaha merawat tanaman itu sebaik mungkin dengan menyirami dan membuatkan peneduh agar tidak layu karena panas matahari. Setelah 3 bulan menunggu, Strowberi itu berbuah tetapi hanya 3 butir saja dan rasanya asam sekali. Setelah itu tidak pernah berbuah dan akhirnya mati. Setelah saya pelajari, strowberi tersebut menghasilkan buah yang tidak menyenangkan karena media tanam yang salah, suhu yang tidak memenuhi syarat, dan perawatan yang salah.
Melalui pengalaman di atas, benih strowberi menggambarkan benih Firman Tuhan yang ditanam dalam hidup kita. Terkadang kita mungkin bertanya-tanya, mengapa tidak semua benih firman yang kita terima membuat kita bertumbuh menjadi orang kristen yang “unggul dan berkelas” seperti strowberi yang ditanam di perkebunan di daerah Kopeng? Padahal kita sudah beribadah di gereja yang baik, mendapat pelayanan terbaik, bahkan mungkin hadir dalam setiap kebaktian kebangunan rohani! Namun kerohanian kita sepertinya biasa saja. Mengapa demikian? Kita menemukan jawabannya dalam perumpamaan Yesus tentang seorang penabur. Biji yang ditaburnya tidak akan bertumbuh bila tanah yang menerimanya kering di pinggir jalan [ayat 4, 19], berbatu-batu [ayat 5, 6, 20, 21] atau penuh semak berduri [ayat 7, 22]. Benih itu hanya tumbuh dengan baik pada tanah yang baik [ayat 8, 23].
Tuhan ingin agar kita bertumbuh menjadi pribadi unggul. Mulailah dengan langkah kecil, yakni dengan menerapkan firman yang kita terima tiap-tiap hari. Kita perlu menjaga hati agar selalu siap menerima firman, memahaminya, dan benar-benar melakukannya. Dengan demikian kita pun sungguh-sungguh berbuah bagi-Nya! |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|