|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
’Kita harus terus belajar untuk meningkatkan kualitas penyembahan, agar tidak hanya menyembah Tuhan Yesus sekadar dengan sikap tubuh, syair lagu dan perkataan, tapi juga dengan menghargai dan melakukan ajaran-ajaran-Nya. |
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Penyembahan Yang Terekspresi Dalam Sikap Hati Dan Tindakan |
|
Penyembahan Yang Terekspresi Dalam Sikap Hati Dan Tindakan |
|
Sabtu, 21 November 2015 | Tema: Hasrat Untuk Menyembah |
|
|
|
|
|
Penyembahan Yang Terekspresi Dalam Sikap Hati Dan Tindakan |
|
Yohanes 4:20-25 |
|
|
|
|
|
|
Dalam percakapan Tuhan Yesus dengan perempuan Samaria, kita diperkenalkan suatu cara penyembahan yang sangat berbeda dari tradisi orang Yahudi. Mereka menyembah Tuhan di gunung dan di Yerusalem. Allah itu Roh, kehadiran-Nya bisa di mana-mana [Mahahadir], tidak dibatasi tempat, lokasi dan waktu [Mazmur 139:7-10]. Bagi umat Perjanjian Baru menyembah Bapa tidak dibatasi tempat dan waktu, juga bukan hanya di gereja saja sekedar sebagai ritual ibadah.
Kedatangan Yesus sebagai Juruselamat membawa kebenaran Allah. Dia adalah Firman, Kebenaran itu [Yohanes 1:1; 14:6; 17:17]. Penyembahan kita harus dilandasi oleh kesadaran akan kebenaran Allah yang sudah dihadirkan dalam Injil, yaitu apa yang diajarkan dan dilakukan oleh Tuhan Yesus.
Menyembah Tuhan umumnya dikaitkan dengan suatu sikap tubuh tertentu, umpama berlutut, bersujud, mengangkat tangan, disertai syair lagu pujian dan perkataan. Dalam bahasa asli, menyembah juga berarti memberi nilai tinggi kepada sosok atau pribadi yang disembah. Hal ini berarti penyembahan kita kepada Tuhan harus terekspresi dalam sikap hati dan tindakan konkret dalam kehidupan sehari-hari, bahwa kita meninggikan dan menyanjung Bapa, antara lain:...selengkapnya » |
Dalam percakapan Tuhan Yesus dengan perempuan Samaria, kita diperkenalkan suatu cara penyembahan yang sangat berbeda dari tradisi orang Yahudi. Mereka menyembah Tuhan di gunung dan di Yerusalem. Allah itu Roh, kehadiran-Nya bisa di mana-mana [Mahahadir], tidak dibatasi tempat, lokasi dan waktu [Mazmur 139:7-10]. Bagi umat Perjanjian Baru menyembah Bapa tidak dibatasi tempat dan waktu, juga bukan hanya di gereja saja sekedar sebagai ritual ibadah.
Kedatangan Yesus sebagai Juruselamat membawa kebenaran Allah. Dia adalah Firman, Kebenaran itu [Yohanes 1:1; 14:6; 17:17]. Penyembahan kita harus dilandasi oleh kesadaran akan kebenaran Allah yang sudah dihadirkan dalam Injil, yaitu apa yang diajarkan dan dilakukan oleh Tuhan Yesus.
Menyembah Tuhan umumnya dikaitkan dengan suatu sikap tubuh tertentu, umpama berlutut, bersujud, mengangkat tangan, disertai syair lagu pujian dan perkataan. Dalam bahasa asli, menyembah juga berarti memberi nilai tinggi kepada sosok atau pribadi yang disembah. Hal ini berarti penyembahan kita kepada Tuhan harus terekspresi dalam sikap hati dan tindakan konkret dalam kehidupan sehari-hari, bahwa kita meninggikan dan menyanjung Bapa, antara lain:
- Sikap hati yang menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya andalan dalam menopang hidup kita, contoh: Raja Daud dalam kesesakan puncak [1 Samuel 30:6]; peristiwa yang dialami oleh Sadrakh, Mesakh, dan Abednego [Daniel 3:16-18].
- Tidak meremehkan Tuhan dengan melanggar kehendak-Nya, tidak saja menanggalkan dosa [Yusuf menolak permintaan isteri Potifar], tapi juga menanggalkan beban-beban yang berupa percintaan dan arus dunia [Ibrani 12:1; 1 Yohanes 2:15-16]
- Rela melepaskan segala sesuatu untuk kepentingan Tuhan dan Kerajaan-Nya, ada beban untuk membela kepentingan Tuhan, melayani Tuhan dan pekerjaan-Nya dengan segenap hati [Lukas 14:33; Roma 12:1; Kolose 3:23; Amsal 3:9].
Kita juga harus waspada terhadap sikap hati yang tidak menghormati dan tidak menghargai Tuhan secara pantas, yang bisa disebabkan oleh:
- Tidak menghayati betapa mahal harga pengorbanan Tuhan Yesus yang mengosongkan diri menjadi manusia, menderita dan mati di kayu salib.
- Menganggap murah dan mudah untuk menerima keselamatan yang Tuhan sediakan, sehingga tidak serius masuk dalam proses keselamatan untuk dikembalikan kepada rancangan Allah semula menjadi pribadi seperti yang Tuhan inginkan. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|