|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Lupakan masa lalu dan majulah bersama kristus.
|
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Senyum Yang Pernah Hilang |
|
Senyum Yang Pernah Hilang |
|
Sabtu, 10 Januari 2015 | Tema: Lebih Baik Dari Kemarin |
|
|
|
|
|
Senyum Yang Pernah Hilang |
|
Filipi 3:13-14 |
|
|
|
|
|
|
Hampir 20 tahun aku hidup tanpa senyum dan tawa renyah. Sejak umur 2 tahun, anakku yang paling kecil sudah ditinggal oleh ibunya bekerja ke luar kota. Aku sebagai seorang suami yang hanya kerja sebagai tukang batu harus mengurusi seorang anak yang masih kecil dan empat anak yang besar. Aku sangat kecewa sekali dengan istriku karena sekian tahun tidak pernah memberi kabar berita. Lebih parahnya lagi, ada berita dia telah menikah dengan teman kerjanya. Aku semakin terpuruk. Untungnya kakak iparku mau merawat si kecilku. Hari-hariku tidak ada lagi sukacita, apalagi kebahagiaan. Rasanya ingin marah, tetapi aku berusaha untuk menahannya dengan cara aku bekerja seenakku sendiri.
Seorang penginjil pernah mengajakku percaya Yesus yang katanya bisa memberikan jalan keluar bagi setiap masalah dan bebanku. Tetapi semua percuma bagiku. Aku mutuskan tidak lagi ke gereja. Aku menganggap ke gereja hanya menambah beban saja. Karena aku harus keluar uang macam-macam setiap ke gereja. Ada persembahan, iuran natal, iuran pembanguan, dll. Semua seabrek iuran.
Namun Allah yang hidup tidak pernah meninggalkan aku ketika hidup terpuruk dan kehilangan segalanya. Dua tahun yang ...selengkapnya » |
Hampir 20 tahun aku hidup tanpa senyum dan tawa renyah. Sejak umur 2 tahun, anakku yang paling kecil sudah ditinggal oleh ibunya bekerja ke luar kota. Aku sebagai seorang suami yang hanya kerja sebagai tukang batu harus mengurusi seorang anak yang masih kecil dan empat anak yang besar. Aku sangat kecewa sekali dengan istriku karena sekian tahun tidak pernah memberi kabar berita. Lebih parahnya lagi, ada berita dia telah menikah dengan teman kerjanya. Aku semakin terpuruk. Untungnya kakak iparku mau merawat si kecilku. Hari-hariku tidak ada lagi sukacita, apalagi kebahagiaan. Rasanya ingin marah, tetapi aku berusaha untuk menahannya dengan cara aku bekerja seenakku sendiri.
Seorang penginjil pernah mengajakku percaya Yesus yang katanya bisa memberikan jalan keluar bagi setiap masalah dan bebanku. Tetapi semua percuma bagiku. Aku mutuskan tidak lagi ke gereja. Aku menganggap ke gereja hanya menambah beban saja. Karena aku harus keluar uang macam-macam setiap ke gereja. Ada persembahan, iuran natal, iuran pembanguan, dll. Semua seabrek iuran.
Namun Allah yang hidup tidak pernah meninggalkan aku ketika hidup terpuruk dan kehilangan segalanya. Dua tahun yang lalu seorang hamba Tuhan yang pernah mengajakku ke gereja menemui aku. Dia dengan penuh kasih membimbingku dan mendoakanku. Saat itulah hatiku yang telah tidak ada lagi harapan itu seperti disentuh-Nya, dan aku putuskan kembali kepada Yesus. Dan luar biasa, ketika aku berlutut dengan hati yang hancur, aku mendapatkan jamahan-Nya. Tepatnya 2 tahun lalu, 1 januari dalam ibadah tahun baru, sukacita yang hilang itu dikembalikan lagi oleh Kristus. Dan kini aku menemukan semua dalam Kristus. Inilah sepenggal kesaksian seorang bapak.
Dari kesaksian di atas kita kembali diingatkan, jika kita selalu hanyut dengan peristiwa masa lalu yang menyakitkan akan membuat kita terpuruk. Hendaklah kita memegang hal-hal baik yang Tuhan telah sediakan untuk masa depan kita. Seperti Paulus, jika ada satu hal yang menjadi fokus pada tahun ini, fokuslah pada bergerak ke depan. Fokuslah pada berbicara Firman Allah atas diri dan keluarga kita setiap hari (ayat 14). Biarkan Firman Allah memelihara dan menyegarkan jiwa kita. Ketika kita mengatur fokus ke depan, kita akan bergerak maju dan menjadi apa yang telah Tuhan rencanakan bagi. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|