|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Hendaklah hati dan mulut kita tidak pernah berhenti memujia Allah atas kedahsyatan-Nya bagi kita.
|
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Tidak Pernah Berhenti Memuji KebesaranNya |
|
Tidak Pernah Berhenti Memuji KebesaranNya |
|
Jumat, 06 November 2015 | Tema: Hasrat Untuk Menyembah |
|
|
|
|
|
Tidak Pernah Berhenti Memuji KebesaranNya |
|
Keluaran 15:1-21 |
|
|
|
|
|
|
Saya diingatkan dengan kesaksian seorang tukang becak. Beberapa tahun lalu bapak tukang becak itu, seperti biasa, sedang mengayuh becaknya mengantar seseorang dan barang-barangnya dari pasar. Dalam perjalanan sampailah di sebuah jalan menurun. Tiba-tiba ada sepeda motor nyelonong keluar dari gang. Lalu apa yang dilakukan bapak becak tersebut? Dia berusaha meghentikan becaknya dengan menginjak rem sekuat tenaga. Tetapi dia tidak berhasil menghentikannya. Spontan dia berteriak, “Yesus, Gusti Allah!” Dan yang terjadi adalah becak itu terbalik setelah menabrak motor.
Kesaksian yang luar biasa adalah penumpang becak itu selamat tanpa luka sedikitpun, bapak becak itu terpental masuk got, tetapi juga selamat. Hanya ban depan kanan becaknya berubah seperti angka 8. Begitu juga pengendara motor pun baik-baik saja. Bapak becak itu mengatakan bahwa sebelum kejadian itu, sejak dia berangkat kerja, mulut dan hatinya penuh nyanyian pujian kepada Allah. Dan itu tidak seperti biasa. Dia baru sadar akan kedahsyatan Allah yang sedang dia rasakan di mana pujian itu membawanya mengalami pertolongan Tuhan. Maka sepanjang hari itu, walapun bapak tersebut mengalami musibah, nyanyian pujian ...selengkapnya » |
Saya diingatkan dengan kesaksian seorang tukang becak. Beberapa tahun lalu bapak tukang becak itu, seperti biasa, sedang mengayuh becaknya mengantar seseorang dan barang-barangnya dari pasar. Dalam perjalanan sampailah di sebuah jalan menurun. Tiba-tiba ada sepeda motor nyelonong keluar dari gang. Lalu apa yang dilakukan bapak becak tersebut? Dia berusaha meghentikan becaknya dengan menginjak rem sekuat tenaga. Tetapi dia tidak berhasil menghentikannya. Spontan dia berteriak, “Yesus, Gusti Allah!” Dan yang terjadi adalah becak itu terbalik setelah menabrak motor.
Kesaksian yang luar biasa adalah penumpang becak itu selamat tanpa luka sedikitpun, bapak becak itu terpental masuk got, tetapi juga selamat. Hanya ban depan kanan becaknya berubah seperti angka 8. Begitu juga pengendara motor pun baik-baik saja. Bapak becak itu mengatakan bahwa sebelum kejadian itu, sejak dia berangkat kerja, mulut dan hatinya penuh nyanyian pujian kepada Allah. Dan itu tidak seperti biasa. Dia baru sadar akan kedahsyatan Allah yang sedang dia rasakan di mana pujian itu membawanya mengalami pertolongan Tuhan. Maka sepanjang hari itu, walapun bapak tersebut mengalami musibah, nyanyian pujian kepada Tuhan tetap keluar dari mulutnya
Melalui cerita ini saya ingat tentang pujian yang dinyanyian Musa di Keluaran 15:1-21. Nyanyian tersebut adalah ungkapan syukur dan kekaguman Musa kepada Allah yang telah menolong umat-Nya keluar dari tanah Mesir, menyeberangi laut Tebarau, dan menuntun ke Tanah Perjanjian. Ungkapan Musa akan kedahsyatan Allah ini muncul sebagai reaksinya karena telah merasakan kasih setia Allah Israel. Musa menyatakan Allah tinggi luhur, pahlawan perang, nama-Nya Tuhan, dan Allah adalah kekuatan dan keselamatan [ayat 1-3]; kuasa Allah mampu menenggelamkan Firaun dan pasukannya [ayat 4-10]; tidak ada illah lain seperti Allah Israel [ayat 11]. Musa juga memuji kesetiaan Allah dalam membawa bangsa-Nya seperti arak-arakkan kemenangan melintasi bangsa-bangsa menuju gunung-Nya yang kudus [ayat 13-17]. Inilah ungkapan pujian Musa sebagai rasa syukurnya karena kedahsyatan Allah.
Musa, umat Israel, dan juga bapak becak telah mengalami pertolongan Tuhan yang dahsyat, sehingga hati mereka tak putus-putusnya mengalir nyanyian pujian kebesaran-Nya. Demikian juga hendaknya hati dan mulut kita selalu rindu memuji dan menyembah Allah karena Dialah yang telah menolong kita setiap saat. Terlebih lagi Allahlah keselamatan, kekuatan, dan mazmur kita [Yesaya 12:2]. Oleh karena itu hendaklah kita selalu mengucap syukur dan menyanyikan kebesaran-Nya. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|