|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Meski tidak diberkati, tetap memberkati.
|
|
|
|
|
|
|
|
DITULIS OLEH |
|
Ibu Ribkah E. Christanti |
|
Kontributor |
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Motto Baru Mengalami Pengalaman Iman |
|
Motto Baru Mengalami Pengalaman Iman |
|
Senin, 06 Juli 2015 | Tema: Diberkati Untuk Menjadi Berkat |
|
|
|
|
|
Motto Baru Mengalami Pengalaman Iman |
|
Matius 14:13-21; 1 Raja-raja 17:7-16 |
|
|
|
|
|
|
Istilah Blessed to be blessing sudah sering kita dengar dan seringkali diartikan sebagai “diberkati untuk memberkati”, walaupun makna harfiahnya adalah diberkati untuk menjadi berkat. Sepertinya tidak ada yang salah dengan motto ini, bahkan karena dianggap bagus dan memberkati, tidak jarang motto ini dijadikan tema gereja atau acara-acara penting. Namun beberapa waktu yang lalu seorang hamba Tuhan menyatakan sesuatu yang baru tentang motto ini. Bila motto ini diganti dengan kalimat negatif akan menjadi, bila “tidak diberkati, maka tidak memberkati”. Artinya kita hanya akan memberkati atau menjadi berkat jika kita terlebih dahulu diberkati. Menurut hamba Tuhan tersebut, seharusnya motto kita, “meski tidak diberkati, tetap memberkati”.
Mendengar motto baru ini, mata hati saya juga terbuka. Ternyata motto itu telah dihidupi oleh beberapa tokoh dalam Alkitab. Sebut saja seorang anak yang membawa 5 roti dan 2 ikan. Dia menyerahkan bekalnya yang terbatas untuk diberikan kepada 5000 orang. Demikian halnya dengan seorang janda Sarfat yang hanya memiliki sedikit minyak dan tepung. Namun dia memberikannya kepada Elia. Dua orang tokoh ini mencontohkan kepada kita bagaimana keadaan mereka tidak menghalangi mereka untuk memberi. Walaupun pada awalnya mungkin timbul pergumulan d...selengkapnya » |
Istilah Blessed to be blessing sudah sering kita dengar dan seringkali diartikan sebagai “diberkati untuk memberkati”, walaupun makna harfiahnya adalah diberkati untuk menjadi berkat. Sepertinya tidak ada yang salah dengan motto ini, bahkan karena dianggap bagus dan memberkati, tidak jarang motto ini dijadikan tema gereja atau acara-acara penting. Namun beberapa waktu yang lalu seorang hamba Tuhan menyatakan sesuatu yang baru tentang motto ini. Bila motto ini diganti dengan kalimat negatif akan menjadi, bila “tidak diberkati, maka tidak memberkati”. Artinya kita hanya akan memberkati atau menjadi berkat jika kita terlebih dahulu diberkati. Menurut hamba Tuhan tersebut, seharusnya motto kita, “meski tidak diberkati, tetap memberkati”.
Mendengar motto baru ini, mata hati saya juga terbuka. Ternyata motto itu telah dihidupi oleh beberapa tokoh dalam Alkitab. Sebut saja seorang anak yang membawa 5 roti dan 2 ikan. Dia menyerahkan bekalnya yang terbatas untuk diberikan kepada 5000 orang. Demikian halnya dengan seorang janda Sarfat yang hanya memiliki sedikit minyak dan tepung. Namun dia memberikannya kepada Elia. Dua orang tokoh ini mencontohkan kepada kita bagaimana keadaan mereka tidak menghalangi mereka untuk memberi. Walaupun pada awalnya mungkin timbul pergumulan dalam batin mereka, namun pada akhirnya mereka memilih untuk mengalahkan logika, ego, kebutuhan dan kepentingan mereka. Dan seperti tertulis, Allah Yang Maha Kuasa tidak menutup mata atas tindakan iman dan ketaatan mereka. Mereka mampu menjadi berkat bagi orang lain tidak hanya secara materi terlebih secara rohani.
Demikianlah seharusnya hidup kita sebagai umat yang cemerlang. Kita hendaknya memiliki sikap yang baru dalam memberkati. Tidak lagi mendahulukan keakuan kita, menghiraukan “kemampuan” kita dan keraguan kita. Namun hendaknya kita memandang pada kemahakuasaan Allah. Dia sanggup mengatur dan meluruskan sesuatu yang rumit dalam hidup kita. Selain itu, kita tidak menunggu atau bahkan menuntut untuk diberkati dulu baru kita memberkati. Tapi bahkan ketika menghadapi tantangan, hendaknya kita terlebih dahulu memberkati. Dengan sikap yang baru ini kita sendiri, bahkan orang lain akan diberkati melalui pengalaman iman kita. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|