|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Keterbatasan kita jangan menghalangi usaha kita untuk terus melakukan kebaikan. |
|
|
|
|
|
|
|
DITULIS OLEH |
|
Ibu Debora Lien |
|
Kontributor |
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Usaha Yang Tidak Sia - Sia |
|
Usaha Yang Tidak Sia - Sia |
|
Jumat, 20 Maret 2015 | Tema: Menebar Benih Kebaikan |
|
|
|
|
|
Usaha Yang Tidak Sia - Sia |
|
Kejadian 26:1-33 |
|
|
|
|
|
|
Saudara-saudara terkasih, hal yang wajar bilamana orang suka berkawan, berinteraksi dan memberkati keluarga sendiri atau sesama yang seiman. Mengapa? Karena di lingkungan tersebut setiap orang memiliki relasi yang lebih lancar dan ada rasa saling menghargai. Rasanya tak akan ada masalah dan lebih bermanfaat jika kita memberkati kalangan seiman. Ternyata anggapan ini tidak selamanya menjadi patokan.
Ishak, anak tunggal Abraham, menunjukan pengalaman yang bertolak belakang. Waktu dia dan istrinya menghadapi bencana kelaparan, Tuhan menampakan diri kepadanya dan melarang mereka pergi ke Mesir seperti yang pernah dilakukan oleh ayahnya ketika mengalami kelaparan. Tuhan menghendaki Ishak untuk tinggal di tengah-tengah bangsa [Filistin] yang tidak mengenal Allah sebagai orang asing. Tuhan membawa Ishak masuk ke dalam proses penggenapan janji-Nya pada cikal bakal bangsa Israel, bangsa yang akan memiliki Kanaan.
Pada ayat 12 dituliskan tindakan Ishak di tempat itu dan hasil yang luar biasa yang didapatkan di tahun yang sama. Kunci berkat yang Ishak terima terletak pada firman Tuhan di ayat 3, yaitu “di negeri orang asing itu...selengkapnya » |
Saudara-saudara terkasih, hal yang wajar bilamana orang suka berkawan, berinteraksi dan memberkati keluarga sendiri atau sesama yang seiman. Mengapa? Karena di lingkungan tersebut setiap orang memiliki relasi yang lebih lancar dan ada rasa saling menghargai. Rasanya tak akan ada masalah dan lebih bermanfaat jika kita memberkati kalangan seiman. Ternyata anggapan ini tidak selamanya menjadi patokan.
Ishak, anak tunggal Abraham, menunjukan pengalaman yang bertolak belakang. Waktu dia dan istrinya menghadapi bencana kelaparan, Tuhan menampakan diri kepadanya dan melarang mereka pergi ke Mesir seperti yang pernah dilakukan oleh ayahnya ketika mengalami kelaparan. Tuhan menghendaki Ishak untuk tinggal di tengah-tengah bangsa [Filistin] yang tidak mengenal Allah sebagai orang asing. Tuhan membawa Ishak masuk ke dalam proses penggenapan janji-Nya pada cikal bakal bangsa Israel, bangsa yang akan memiliki Kanaan.
Pada ayat 12 dituliskan tindakan Ishak di tempat itu dan hasil yang luar biasa yang didapatkan di tahun yang sama. Kunci berkat yang Ishak terima terletak pada firman Tuhan di ayat 3, yaitu “di negeri orang asing itu Allah akan menyertai dan memberkati Ishak.”
Peristiwa di atas mungkin juga bisa kita alami atau bisa kita jadikan tolok ukur. “Kapan dan di mana kita biasa menabur? Apakah hanya di lingkungan keluarga ataukah hanya di lingkup gereja yang mungkin tidak ada kendala. Yang semuanya berjalan mulus. Ishak dalam usahanya menabur dan berkarya sebagai orang asing menghandapi berapa kali tantangan. Terjadi pertengkaran antara hamba-hambanya dan orang-orang Gerar, tetapi itu tak menyurutkan semangatnya untuk terus berusaha. Bagaimana dengan kita, apakah kita juga akan menabur di tengah-tengah bangsa yang beragam suku, bahasa, agama, karakter dan seterusnya? Mari kita menabur tanpa banyak pertimbangan. Pasti ada penyertaan Tuhan dan taburan kita tak akan sia-sia. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|